My Absurd Romance
KITA HILANG
Terjebak pada kisah yang sama. Menyukai dan perlahan mencintai seseorang, namun dengan bodohnya larut menyerahkan semua cinta itu, menunggu balasan akan pemberian cinta, namun nihil. Kemudian, lambat laun, hanya kekecewaan yang ada, membuat hati dan pikiran beradu argumen, menyatakan bahwa hati yang diberikan bisa mengubah pikiran. Tidak! Salah besar, jika saja pikiran mempunyai hati, mungkin keinginan untuk dimengerti bisa saja dipahami.
Ada kalanya aku berhenti mengingatkan diriku sendiri, bahwa separuh hati ini telah pergi, dan ingin sekali bersemayam di hatimu. Namun ternyata, ada kalanya itu hanyalah sekadar keinginan yang sama sekali tidak bisa diwujudkan. Aku memikirkan, berkali-kali memikirkan, apa yang salah, apa yang telah kulakukan, aku tidak tahu-menahu. Memikirkan kenapa kamu pergi menghilang, meninggalkan satu kepingan harapan, kenapa dengan kepergianmu, padahal kamu sangat ingin bersama denganku dahulu.
Ohh, dahulu.. apa karena itu? Hanya karena dulu kamu pernah menyukaiku, hanya karena dulu kamu pernah memprioritaskan aku, hanya karena dulu aku ini sinar semangat harimu, hanya karena dulu aku ini adalah cintamu, itu dahulu.. jika sekarang? Ohh.. sekarang, kamu sudah tidak lagi terlihat di depan mataku, suaramu kini tidak lagi terdengar telingaku, senyumanmu memudar ketika mata kita bertemu, bahkan, saat mata ini dengan rindu melihatmu, malah bola matamu berputar, mengalihkan pandangan. Apa yang salah dengan kita? Bukan kita? Apa aku? Apa yang salah denganku?
Apa aku ini sebuah keraguan bagimu? Jika begitu, kenapa dulu kamu bersikeras ingin kita bersama, dan mencoba menjalani semuanya? Ketika kamu sudah tak sanggup menjalaninya bersamaku, bukannya datang untuk memohon padaku, bahkan berbicara padaku saja kamu tak datang, malah kamu pergi, hilang tanpa jejak. Kalau aku ini sebuah keraguan bagimu, harusnya.. harusnya, tidak pernah ada kata “KITA”
Jika saja, jika saja, kamu waktu itu tidak iseng mendekatiku, mungkin saja aku tidak menyukaimu, jika saja waktu itu kamu tidak menyukaiku, mungkin saja tidak kukatakan aku menyayangi kamu, jika saja waktu itu, kamu mengikutiku untuk menghilangkan perasaanmu, karena keraguanmu, mungkin saja kita masih bisa bercanda layaknya teman, jika saja kamu tidak mencintaiku, mungkin saat ini aku masih bisa melihat senyuman dan tawamu. Selalu kukatakan, jika saja, jika saja, aku mulai menyesali setiap kata jika saja waktu itu..
Tapi terkadang, ada satu hal yang kusyukuri. Jika saja kita sudah berjalan terlalu jauh, mungkin kita bisa saja lebih tidak saling mengenal satu sama lain di kemudian hari. Mungkin saja, kita berjalan melawan arah tanpa tahu kembali, tanpa bisa mengenali, siapa aku dan siapa kamu saat dulu, saat aku kamu masih menjadi KITA.
Tapi ada satu hal lagi, sangat kecil harapan itu, namun selalu kusebut disetiap doaku, harapan itu, dimana aku meminta kepada Yang Maha Esa untuk kembali mempertemukan kita, dalam sebuah kebahagiaan, hanya itu saja yang kupinta, jika harapan itu bukanlah harapanmu, cukup tersenyum saja begitu membaca ini, kuanggap kamu memiliki harapan yang sama.
Komentar
Posting Komentar