SETELAH AKU
Happy Reading !!! :)
Written By : Julianthy Diana Natalia
Di keheningan malam, kusandarkan tubuhku pada tembok di dekat ranjangku sambil memeluk boneka kesayanganku. Sejenak air mata mengalir basahi pipiku yang tak berlapis bedak lagi, ku ingat kembali apa yang telah kulakukan. Dia pergi meninggalkanku begitu saja. Ada apa? Tak ada alasan yang jelas tentang putusnya hubunganku dan dia. Aku belum menyangka dia memutuskan hubungan kami begitu saja. Sudah seharian ini aku berusaha menemuinya, menghubungi nomer ponselnya, tapii... dia tak merespon apapun. Tak biasanya kami seperti ini. Setiap masalah yang kadang datang kami mampu menyelesaikannya, tapi mengapa kali ini tidak? Maafkan aku.
Written By : Julianthy Diana Natalia
Di keheningan malam, kusandarkan tubuhku pada tembok di dekat ranjangku sambil memeluk boneka kesayanganku. Sejenak air mata mengalir basahi pipiku yang tak berlapis bedak lagi, ku ingat kembali apa yang telah kulakukan. Dia pergi meninggalkanku begitu saja. Ada apa? Tak ada alasan yang jelas tentang putusnya hubunganku dan dia. Aku belum menyangka dia memutuskan hubungan kami begitu saja. Sudah seharian ini aku berusaha menemuinya, menghubungi nomer ponselnya, tapii... dia tak merespon apapun. Tak biasanya kami seperti ini. Setiap masalah yang kadang datang kami mampu menyelesaikannya, tapi mengapa kali ini tidak? Maafkan aku.
Hhmmmm... Ku hela
nafasku, pagi ini malas sekali rasa tubuhku terbangun dari tempat tidur,
rasanya hanya ingin tidur saja. Semalam tak bisa tidur, dan pagi ini aku sangat
lelah. Tapi tugas menuntutku untuk turun kuliah. Dengan malasnya kuraih handuk
dan menuju kamar mandi. Baru kali ini kurasakan tak semangat dalam hidupku.
Bukankah harusnya aku semangat dan memulai hari ini seperti biasanya, jangan
patah semangat hanya karena dia memutuskanku. Tapi sepertinya kata itu tak
mampu menyemangatiku. Di kampus kami berpapasan, ia tak melihatku. Benar-benar
melewatiku begitu saja tanpa menyapa, separah itukah kesalahanku pada dirinya?
Di perpustakaan, kulontarkan seluruh isi hatiku pada sahabatku yang selalu bersamaku, Vica
namanya. Dia membuatku selalu tegar dengan kata-katanya seperti ini “Dia membentuk dirimu
menjadi apa yang ia mau dan bukan untuk melupakanmu”. Kupeluk erat
tubuhnya, dia mengusap pipiku ia berusaha membuatku tersenyum. Ia membawaku
menuju rumahnya, ia tak menjelaskan mengapa ia mengajakku kerumahnya sangat
tumben sekali. Biasanya aku dan Vica selalu kerumahku tapi mengapa kali ini
kerumahnya?. Ia tak menjelaskan.
Vica mengajakku kehalaman
belakang rumahnya dan membawaku duduk di bawah pohon tepat seminggu yang lalu
aku dan kekasihku bersama. Mawar yang ada dipot itu masih seperti terakhir
kali aku dan Kevin duduk di tempat itu.
Vica menyirami mawar yang sudah tak karuan bentuknya mungkin karena seseorang
menginjakknya. Vica senyum-senyum melihatku, aku hanya membalasnya tersenyum. Dia mengarahkan pandangannya pada mawar
itu, ia seperti menghipnotisku, kuikuti gerakan matanya. Mawar itu...
Membuatku mengerti.
Dan sekarang aku tahu, ternyata Kevin memutuskanku
karena mawar yang ada dipot itu adalah mawar kesukaannya. Seminggu yang lalu tanpa
sengaja aku menjatuhkan buku setebal 5cm diatas bunga mawar itu, menyebabkan
mawar itu tak beraturan dan beberapa tangkainya patah, bunganya rontok. Masih
kuingat saat itu Kevin langsung mengenggam pergelanganku dengan kuat, tak pernah sekuat
itu ia mengenggamku, ia menatapku tajam. Aku tak berfikir bahwa dia marah
padaku karena mawar itu. Tapi yang pasti dia menganggapku sebagai monster
penghancur. Aku harusbagaimana agar bisa bersamanya lagi, agar dia tak marah lagi
padaku. Sepintas sesuatu menghantam pikiranku, menanam mawar yang serupa
untuknya.
Lima puluh hari kemudian...
Mawar yang kutanam telah
tumbuh dengan indahnya, warna merah pada setiap mahkota bunganya membuatku jatuh cinta. Liburan akhir
semester ini membuatku bisa merawat mawar indah ini dengan baik, aku yakin Kevin pasti suka.
Kuraih ponselku lalu
mengirim pesan pada Vica, memberitahunya bahwa aku ingin bertemu Kevin. Sesaat kemudian dia
membalas.
Iyaa, Kevin ada kok.. Kerumah aja. Aku tunggu.
Akupun menuju rumah Vica, tak lupa membawa
tanaman mawar yang akan kuberikan pada kevin. Kumasuki gerbang rumah Vica, siapa sangka aku
menginjak rem tanpa sadar dengan kondisi masih menyetir. Dengan kagetnya mataku tertuju pada satu pandangan
tajam. Aku sadar saat itu tanganku mengenggam kuat setir mobil, yang seketika tadi dengan geram kuhentikan
mobil. Lalu terdiam sejenak untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi.
Seorang gadis sebayaku
memeluknya sambil jinjit karena badannya hapir tinggi dengan badanku, begitu
caraku memeluk Kevin karena hanya setinggi bahunya. Mimpi apa bukan, itu kenyataan yang
terlihat di depan mataku. Jika hanya berdiam di mobil menyaksikan mereka, hanya
akan membuatku menangis, sakit sekali menahan tangis seperti ini.
Akhirnya, aku turun dari
mobil, membawa tanaman mawar itu, tak kurasa lagi beratnya membawa pot yang
hampir menandingi berat badanku. Jalan langkah kakiku mengarah padanya yang
sudah dalam posisi tidak berpelukan dengan gadis itu. Tanaman mawar itu ku
taruh se-meter di depannya. Kevin hanya diam melihatku.
Menurutku, aku sudah
terdiam sejenak menunggunya bicara. Tapi.. Tak ada sepatah katapun yang ia
ucapkan. Tatapannya hanya polos melihatku tanpa ekspresi apapun. Aku yakin,
melangkah menjauh dan pergi darinya adalah pilihan yang benar. Hatiku masih
tertahan, kupikir dia akan mengejarku atau apalah, mengucapkan terimakasih
barangkali. Tapi.. Tak ada sampai aku menutup pintu mobilku, dan mataku melihat
kearahnya yang masih melihatku dengan polosnya. Dengan sinis dibalik kaca mobil
tak terasa air mata basahi pipiku. Setelah aku... Dengan mawar itu, kamu
bersamanya. Mungkin dia bukan monster penghancur sepertiku.
-Tamat-
Kalo suka sama cerita aku,
kirimin jempolnya. Dan Plissssss.... jika ada yang mau kamu komentarin.
Dilarang mengcopy paste cerita aku! hehehe :)))))
Makasih udah baca cerita aku..
salam, Julianthy Diana Natalia :)
Komentar
Posting Komentar