My Absurd Romance
AKU UNTUK KESEKIAN KALINYA
Aku pernah begitu mencintai. Aku pernah menaruh satu harapan tinggi suatu saat aku dan dia akan saling melengkapi satu sama lain, saling mencintai selamanya. Aku pernah mendengar dia mengatakan “Aku akan berjanji, menjagamu dan mencintaimu.” janji itu ia ucapkan dengan terdengar begitu tulus, aku sampai menangis mendengarnya.
Aku juga pernah mendengarnya mengatakan, “Suatu saat akan kubawa dirimu melewati semua pintu didunia ini.” angan itu terdengar begitu meyakinkan, aku mengangguk semangat menanggapinya.
Aku juga pernah mendengarnya mengatakan, “Jangan ragu untuk menceritakan keseharianmu, aku disini ada untukmu.” mendengar itu membuatku tenang, dan merasa ada satu manusia didunia ini mau memihakku.
Aku juga pernah mendengarnya mengatakan, “Kamu gadis tercantik dan hebat yang pernah kutemui, beruntung aku mengenalmu.” mendengar pujian itu membuatku yakin, jika aku adalah gadis beruntung itu.
Aku juga pernah ingat berjanji padanya, akan selalu ada untuknya disaat dia membutuhkanku, aku ingat pernah berjanji akan selalu mendengarnya dan menyemangatinya, aku ingat pada janji diriku sendiri akan mencintai dia apa adanya dirinya. Membuat janji itu dengannya dan diriku sendiri, membuatku tertantang selalu untuk mencintai dia lebih dan lebih lagi.
Aku pernah mendengarnya sekali saja mengatakan, “Aku akan menjadikanmu satu-satunya gadis dihidupku.” bahagia sekali ketika ia mengatakannya, membuatku yakin se-yakin-yakinnya, jika dia adalah jodohku.
Seiring berjalannya waktu, hari-hari kian berganti, waktu semakin menghimpit, kesempatan untuk saling sapa hampir tak ada disatu hari yang cerah. Aku yang lelah, enggan menganggunya yang mungkin sudah melalui hari berat yang sama melelahkannya denganku.
Aku rindu dengar suaranya, namun aku enggan menelfonnya, enggan menganggu waktu istirahatnya. Aku dan hariku sedikit rumit belakangan ini, aku ingin menceritakan keresahanku, tapi aku enggan memberitahunya. Dia terlihat sibuk dari dugaanku. Sepertinya, melihatnya melalui postingan sosial medianya sudah cukup bagiku.
Aku sesekali menghubunginya, namun tidak berjalan dengan baik, kami yang lelah karena hari yang berat, malah terdiam hampir satu jam ditelfon, entah apa yang ia lakukan dibalik telfon, yang kudengar hanya kesunyian. Aku tak tahu harus mengajaknya membahas apa, akhirnya kututup telfon itu, dan memilih untuk tidur dan melupakan kecanggungan tadi.
Lambat laun, kutemukan diriku tak sedekat dulu dengannya, lambat laun kutemukan waktu yang begitu kosong tanpanya, lambat laun ketemukan dia tak seperti dulu. Dia memang bukan pribadi yang romantis, dia kaku dan tidak terlalu humoris, tapi aku menikmati semua waktu yang ia berikan padaku. Semua tentang dia tak ada hiasi hariku dalam jangka waktu yang cukup lama.
Aku dan harapanku tentang dirinya, membuatku tenang menikmai hari-hariku, rindu yang enggan terucap, hanya bisa terucap di depan wallpaper ponsel foto kami berdua, yang sempat kami potret saat kencan pertama, hampir setahun lalu. Setelah itu memang tak ada kencan-kencan romantis lainnya, namun aku tak masalah akan itu, karena aku sangat menikmati waktuku dengannya via udara.
Aku melalui semua waktu itu dengannya, pernah begitu bahagia diisi oleh kehadirannya. Kini, aku sendiri menikmati waktuku.
Aku yang pernah mencintainya, kini tak lagi.
Aku yang pernah mengangguminya, kini tak lagi.
Aku yang pernah berjanji akan ada untuknya selalu, kini tak lagi.
Karena… dia ragu. Meragu dengan sesukanya, membuatku yang selama ini yakin dengannya menjadi ragu, takut, dan berfikir bahwa hubungan ini memang tidak akan pernah berhasil.
Ada janji dihatiku yang memintaku untuk tak ragu, tapi hatiku bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Kenyataan dimana dia ragu dengan janji yang kumiliki, dia ragu dengan cinta yang kuberikan, dia ragu dengan komitmen yang selama ini kujaga.
Dia membuatku binggung dengan keadaan yang ada, dimana dia menumpahkan semua keputusan padaku, dia bertanya apa yang harus kami lakukan. Aku tak mampu menjawab, hanya air mata yang menunjukkannya, walaupun dia tak dapat melihatnya.
Dia ragu, dia resah, dia mulai bimbang. Karena hatinya tak lagi mampu berpaut pada satu yang sangat jauh darinya. Seperti aku yang jauh darinya, yang tak mampu sepenuhnya menunjukkan semua keseriusanku padanya.
Aku memutuskan untuk menyerah. Aku tak mampu menahannya, aku takut hanya akan menyakitinya suatu saat nanti. Dia akan paham begitu dia mulai membandinganku dengan seseorang yang ada didalam jangkauannya kini.
***
Hai-Hai… reader’s setia aku.. aku kembali membawakan cerita My Absurd Romance. Terimakasih sudah membacanya.. See you in my next romance story :3
Don’t copy paste, karena ini bukan kisah kalian!! ^_^

"Jangan bertanya kenapa aku dingin terhadapmu. Bukan begitu, aku hanya berhenti berusaha dan berharap. Aku lelah berharap tinggi-tinggi lalu dikecewakan." dari akun suara hatiku☺,,Dengar syedih bnget kak:(
BalasHapus