CERITA PENDEK
Berhenti Sebelum Terluka #1
Written By : Dianathalie Julianthy
Dua cangkir kopi hitam panas tersaji diatas meja, Eve meraih cangkir itu lalu meniup uapnya. Dia tersenyum pada sosok lelaki didepannya kini, yang sangat ia rindukan.
“Kenapa kau terlambat datang?” tanya lelaki itu, dia meraih cangkir kopi panas itu, lalu menghirup aroma wanginya.
“Maaf, aku menghabiskan 6 jam kemari, Alan.” jawab Eve menurunkan cangkir kopi tadi, lalu menyender dibangku dan menyilangkan tangannya di atas perut, “Kenapa minta bertemu?”
Alan mengurungkan niatnya menyesap kopi itu, lalu menatap intens gadis yang ia cintai di depannya yang melihatnya dengan datar.
“Yaya, rindu boleh. Tapi jangan begini, rindumu itu merepotkan sekali..”
“Astaga.. belum kau bakar foto itu?”
“Buat apa kubakar? Tidak ada niatku menghapus wajahmu dari ingatanku..”
Eve berdecak kesal, “Aku bahkan sudah membuang semua kenangan darimu.” timpalnya membuat lelaki didepannya itu keheranan.
“Setega itu dirimu mau melupakanku?”
“Ya, aku lelah, tapi, aku tak bisa berhenti mencintaimu.. aku hanya menahannya..”
“Aku sudah lelah menunggumu melupakan perasaan cintamu itu. Tambah lagi kau membuatku lelah jauh-jauh kemari untuk memenuhi rindumu itu.”
“Tapikan, kamu memang kebetulan mau ke kota ini, jadi aku mengharapkan kamu mau menemuiku. Terimakasih, Eve.”
“Yaya.. oke, tapi tolonglah jangan lagi memintaku menemuimu seperti ini, apalagi kau mengharapakan sesuatu dari pertemuan ini..”
“Kenapa jika aku berharap?”
“Jangan membuat dirimu terluka. Aku tidak akan membiarkan apapun terjadi lagi diantara kita, Alan.”
“Eve.. dua tahun ini kubiarkan semua berjalan sesuai kemauanmu.. kenapa tidak berikan aku kesempatan sekali lagi untuk memulai kembali segalanya denganmu?”
Eve menurunkan tangannya, jemarinya beradu saling menekan satu sama lain, gadis itu merasa bersalah akan sikapnya.
“Aku tidak cukup baik untukmu, Alan. Kumohon jangan meminta kesempatan apapun padaku.” gadis itu tertunduk.
“Eve, lihat aku.. kesalahan apa yang sudah kamu perbuat padaku hingga kamu katakan seperti itu?”
Eve menegakkan kepalanya, menatap iris mata tegas milik lelaki yang ia rindukan, batinnya ingin menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu. “Ingat aku meninggalkanmu ditengah hujan memintamu untuk tetap berdiri jauh dariku? Disaat itu aku sudah menyadari ketidaklayakan diriku untuk ada disisimu.”
“Kenapa Eve?”
“Aku tidak bisa berperan menjadi kekasihmu.”
“Kamu jadi dirimu sendiri adalah kenyamanan bagiku mencintaimu.”
“Alan.. apapun yang kamu harapkan hingga kini, berhentilah.”
“Eve! Aku sudah lelah berusaha berhenti berharap, bisa bantu aku untuk membuat utuh kembali parasaan cinta kita?”
“Sudah tidak ada kata kita dalam hidupku, yang ada hanya diriku sendiri.” Eve memegang kembali cangkir kopi itu, menatap ke dalam cangkir, “Kau tau? Jika saling mencintai semuanya akan terasa mudah, dan itu tidak berlaku bagi kau dan aku.” lanjutnya.
“Jadi, kamu mau aku berhenti lagi?”
“Ya, dari dulu aku meminta itu, kau saja yang bandel tak mau mendengar..”
Alan tertawa kecil melihat ekspresi kesal Eve yang sudah lama tak dilihatnya, lelaki itu menarik nafas panjang lalu menghembusnya pelan.
“Ibuku pernah bilang, jika aku mencintai seseorang aku harus mengejarnya sampai keujung dunia, aku akan berhenti jika waktu tak mengijinkan.”
Kedua insan itu terdiam, Eve akhirnya menjelaskan perasaannya dimasa lalu. Sudah sangat lama ia ingin menjelaskan perasaannya pada Alan, namun ia takut lelaki itu terluka karenanya. Dia seperti menujukan perkataannya pada Alan, dia sendiri memegang pendirian itu sejak ia menyadari ketidaklayakannya memiliki cinta dari Alan.
“Berhentilah merindukanku, Alan. Carilah seseorang yang mencintaimu.” Eve meninggalkan Alan dan secangkir kopi yang tak ia minum sama sekali. Alan melihat punggung Eve menghilang dari balik pintu kafe.
Hati lelaki itu tak bisa berdiam begitu saja, dia sudah merelakan gadis itu meninggalkannya dua tahun lalu, dia sudah lelah menunggu tanpa bertindak, dia lelah hanya menunggu perasaan gadis itu berubah. Dia mau membantu perasaan Eve kembali untuknya.
Alan mengejar Eve, begitu pergelangan gadis itu digenggamannya, ditariknya pelan, lalu membawa tubuh gadis itu masuk ke pelukannya.
“Kamu adalah orang itu.” tegas Alan begitu yakin.
Eve membiarkan pelukan itu tanpa membalasnya.
Bersambung.....
Hai-Hai.... Readers๐๐
Aku kembali membawakan cerita pendek. Terimakasih para pembaca telah berkenan mengisi waktu luangnya dengan membaca cerpen ini, semoga pembaca semua bahagia..๐
Sambungan cerita akan aku post beberapa hari lagi, so yaa... jangan lelah membaca..
NO COPY PASTE!!!!
Sanagt bagus dan mensarik
BalasHapusTerimakasih sudah membaca..
Hapus