Cerita Pendek
April 2018
Laura
mendapat telfon dari Benny, pacar LDRannya yang selama empat tahun ini telah
menetap di negara seberang untuk menyelesaikan studinya, dan akhirnya akan
balik ke negera ini untuk bertemu Laura.
Dua hari
setelah kabar itu, Laura bersiap menuju ke bandara dan menunggu jadwal
landingnya Benny ke kota ini. Jam menunjukkan pukul tiga sore, dan Benny akan
tiba di bandara itu pukul empat sore, setidaknya Laura punya lebih banyak waktu
untuk menunggu Benny datang.
Pukul 4
sore, Laura menanti-nantikan kedatangan Benny keluar dari lobby, dan sepertinya
sosok seseorang yang tak terduga terlihat dimata Laura, gadis itu langsung
mengenali Joseph sahabat masa kecilnya. Mereka berpelukan melepas rindu, Laura
tak menyangka bisa bertemu Joseph di bandara itu.
“Kamu
sedang menunggu seseorang?” tanya Joseph, heran melihat Laura yang sibuk
melihat pintu lobby.
“Ohh,
iyaa.. aku menunggu pacarku Benny, dia sepertinya satu penerbangan yang sama
denganmu. Ahhh... itu dia.” Laura langsung berlari menghampiri Benny, yang
tengah menyeret kopernya.
“Sayang...
you here!” gadis itu langsung memeluk pacar tersayangnya, Benny membalas
pelukan hangat itu. Tanpa basa-basi, Laura menarik lengan Benny.
Bahagia
gadis itu bertemu dengan kekasihnya tak bisa dipungkiri, ia dengan bahagianya
mengenggam jemari Benny, hingga Laura lupa memperkenalkan Benny pada Joseph.
“Joseph..
ikut kita aja ya, biar sekalian kuantarkan ke rumah kamu, udah lama juga nggak
ketemu mama kamu.” Ucap Laura pada Joseph yang tengah berdiri di samping Benny,
Joseph mengangguk.
“Biar
aku yang nyetir ya..” pinta Benny.
“Sayang,
kan kamu capek, biar aku yang nyentir ya..” balas Laura, segera duduk di bangku
kemudi.
“Laura..
kamu sama Benny udah lama pacaran?”
tanya Joseph dari belakang Laura.
Gadis
itu mengangguk, “Iyaa, udah empat tahun lebih,,”
“Lama
juga yaa..” singkat Joseph.
Benny
menoleh heran melihat ke arah Laura, Laura yang menyadari itu tersenyum, dan
kembali fokus menyetir. Namun pandangan Benny masih sama, akhirnya Laura
bertanya.
“Kenapa
sayang? Kok lihat aku begitu?” tanya Laura, kembali melihat ke jalan.
“Kamu
kecapean banget ya?”
“Hee..
nggak, aku baik aja, sayang kali kecapean..”
“Bukan,
kamu sedari tadi ngobrol sama siapa?”
Mendengar
itu, kening Laura mengerut tajam dan tersenyum melihat Benny, dia melihat
kebelakang dan Joseph tersenyum padanya. Pada saat itulah, sebuah mobil dari
belakang menghantam keras mobil yang mereka kendarai. Sangat keras hantaman
itu, membuat Laura berteriak panik, dan tidak bisa menghentikan mobilnya,
hingga mobil itu menabrak mobil lain di depannya, terjadilah kecelakaan
beruntun di jalan raya saat itu.
Laura
dan Benny serta Joseph mengalami luka parah, terutama Benny kondisinya sangat
memprihatikan, bantuan medis datang setelah sejam menunggu, tubuh Laura yang
terjepit di keluarkan dari kemudi, dan juga Benny yang sudah tak sadarkan diri
dikeluarkan dari kursi penumpang, begitu pula Joseph, lelaki itu juga mengalami
luka-luka.
Ruang UGD
dipenuhi pasien tabrakan beruntun hari itu, sedikit diantara penumpang ada yang
meninggal. Laura tersadar dari kondisinya, luka pada lengan, kepala, dan
kakinya tidak parah, dia langsung duduk dan menyadari dirinya yang tebaring di
ranjang pasien. Ingatannya langsung menuju pada Benny. Kemana lelaki itu, dia berusaha
berdiri, dan membuka tirai yang menutupi spot ranjangnya, begitu ramai
orang-orang berlalu lalang, dan dokter serta perawat dengan wajah serius
melewati Laura.
Gadis
itu bersusah payah melewati orang-orang dan bertanya pada perawat dimana Benny
berada. Perawat itu langsung meminta Laura kembali ke ranjangnya dan akan
ditangani dokter, namun Laura bersikeras menanyakan Benny, akhirnya Perawat itu
langsung membantu Laura menuju ke ICCU. Joseph yang melihat Laura langsung
mendatangi gadis itu.
“Laura,
kamu kenapa disini? Kenapa nggak di ranjangmu?” tanya Joseph panik, Laura
menggeleng, seraya menangis.
“Aku
mencari Benny..” rintihnya, begitu dilihatnya ICCU yang belum tertutup tirai
itu, begitu juga matanya melihat bagaimana kondisi Benny yang kritis, banyak
selang dan alat pacu jantung yang siap ditempelkan pada dada bidang Benny.
Beberapa
kejutan dari defibrilator mengenai
dada bidang Benny, namun tak ada respon yang menguntungkan, hingga garis lurus
pada monitor terlihat. Laura yang melihat itu, tak mengerti dan langsung
bertanya panik pada perawat di sampingnya, perawat itu mengatakan Benny telah
meninggal.
Laura langsung tersungkur begitu saja, dan
menangis sejadinya. Joseph yang ada disitu bersamanya, langsung merangkulnya,
menenangkan gadis itu. Setelah alat-alat tadi dilepas dari tubuh Benny, Laura
langsung berdiri dan memeluk tubuh Benny yang perlahan mendingin.
“Benny
bangun, jangan tinggalkan aku seperti ini Benn.. kumohon..” hanya rintihan
kepedihan itu yang keluar beriringan dengan tangis air mata Laura. Joseph
berdiri mematung dari kejauhan melihat Laura menangis memeluk tubuh dingin
Benny.
*****
Dua
minggu berlalu. Laura menghabiskan waktunya dengan menyibukkan diri
menyelesaikan design baju model terbaru di butiknya. Joseph sering
mengunjunginya sejak saat itu, karena Joseph kali ini akan menetap di kota ini
untuk pekerjaannya. Hari ini Joseph datang membawa sekotak brownise dan
mengajak Laura ngopi di salah satu kafe terdekat dari butik. Namun sebelum itu,
dua jam yang lalu, sebelum pukul empat sore.
Laura
tengah memilih lilin aromaterapy di salah satu rak lilin. Dia asik menghirup
wangian ditangannya, tanpa sengaja matanya bertemu lelaki yang sangat
dicintainya, lelaki itu Benny, tengah menarik keranjang belanja. Jantung Laura
berdetak begitu kencang begitu matanya melihat lelaki itu, begitu langsung
diletakkannya kembali lilin aromaterapy yang tadi dipegangnya.
“Benny..”
panggilnya lembut. Dia tahu dia sepertinya gila, melihat sosok Benny, yang
mungkin lelaki itu bukan Benny, siapa manusia di dunia ini bisa hidup kembali
setelah mati.
Namun,
lelaki itu menoleh, menyadari namanya dipanggil. Senyuman dan iris mata itu
langsung mengantam pandangan mata Laura, gadis itu menghampirinya begitu saja,
dan memeluknya. Pelukan rindu itu tersampaikan lagi untuk kedua kalinya.
“Sayang..”
ucap lelaki itu, lelaki itu benar Benny!
“Benny,
kamu kemana ajaa? Aku rindu kamu.” Hambur Laura begitu saja, pelukan itu masih
belum ingin di lepas Laurin.
“Aku
disini sayang.. aku disini..” sambil tersenyum Benny mengatakan itu, lalu
mengecup lembut kening gadis itu
“Maaf
tidak mengabarimu hari ini sayang, lihat, aku sedang belanja untuk kubawa ke
rumah eyang nanti sore. Dan sepertinya hari ini, pertemuan kita sebentar,
bagaimana besok kita dinner?”
“Iyaa
sayang, okey.. kalau gitu besok malam yaa.. titip salam sama eyang..” kata
Laura, dia bahkan begitu senang bertemu Benny hari ini, sampai lupa satu fakta.
Laura
pulang dan pukul empat sore Joseph datang mengajaknya ngopi. Gadis itu
menceritakan apa yang terjadi padanya di supermarket hari ini, Joseph
menatapnya heran.
“Laura,
kamu tahu sendirikan, dan lihat sendiri, dan tahu persis..” belum selesai
Joseph berkata, Laura langsung memotongnya, “Aku tahu..”
“Terus
kenapa kamu bisa beranggapan itu Benny?”
“Dia
benar Benny, dia memanggilku ‘sayang’ dan mengecup keningku, Joseph..”
“Terus,
siapa yang ada dirumah sakit saat itu? Yang kamu tangisi malam itu Laura, kamu
sepertinya mengkhayal tentang Benny..” Joseph berusaha meyakinkan Laura yang
sedang mengklaim kalau Benny yang dia temui hari ini adalah Bennynya,
kekasihnya.
Laura
menggeleng, dia juga sedang berusaha menghilangkan fakta satu itu, fakta yang
menyayat hatinya, namun siapa lagi lelaki yang dianggapnya Benny dan mengecup
lembut keningnya hari ini? Jika itu bukan Benny kekasihnya.
“Akan
kupastikan lagi, dan kuyakini dia adalah Benny.. dia benar Benny..” ucap Laura
yakin. Joseph hanya mengangguki keputusan Laura untuk meyakini lelaki itu.
*****
Malam
itu, Laura dan Benny bertemu di restoran tempat awal pertemuan mereka lima
tahun lalu, yang hingga akhirnya dari restoran itu mereka mulai menjalin
kedekatan dan berkomitmen menjalin hubungan LDR.
Dinner
yang direncanakan keduanya mulai dengan tenang, ditemani lantunan musik jazz
lembut menggoda telinga, dan steak empuk yang mengisi ruang dimulut, serta
lampu remang-remang di sudut restoran yang bernuansa romantis, menambah suasana
indah dinner malam ini.
Iris
mata Laura tak hentinya memancarkan keindahan untuk kekasihnya yang ada di
depannya kini, begitu pula Benny yang melihatnya dengan intens, kedua mata itu
tak pernah bertemu begitu lama seperti ini sebelumnya, mereka memilih untuk
menikmati pandangan satu sama lain itu.
Selesai
dengan dinner, kedunya kini asik bergandeng tangan di atas meja tanpa
berkata-kata, hanya mata mereka berdua yang mampu mengartikan kebahagiaan waktu
mereka malam ini. Akhirnya, sepotong kata telintas dibenak Laura, “Apakah dia
Benny?”
Laura
langsung bertanya pada Benny, “Benny.. Benarkah ini kamu?”
Kerutan
di kening Benny terlihat, lalu dia tersenyum, terdengar seperti lelucon
pertanyaan Laura saat ini, “Kenapa tanya begitu?”
“Yaa,
tak apa, aku hanya bertanya..” gadis itu jadi takut bertanya lagi,
ketakutannya, jika ini mimpi dia tak ingin terbangun, dan jika ini mimpi dan
dia takut terbangun, dan menyatakan kalau ini tidak nyata.
“Ohh,
aku rindu kamu sayang, maaf lupa mengabarimu setelah malam itu, aku cuma
berencana pergi sebentar, dan ternyata lama.. hehe maaf yaa..” kata lelaki itu
seraya tersenyum.
“Ohh
yaa..” singkat gadis itu, ingatannya mengarah pada malam itu, dimana Benny tak
ia lihat sama sekali setelah itu.
“Karena,
aku kelamaan di rumah Mama, dan malah nggak ngunjungin rumah kamu..”
Laura
terdiam, pikirannya berusaha menerima penjelasan-penjelasan Benny yang dia rasa
tak ia ketahui setelah kejadian malam itu, setelah dua minggu lalu. Laura
berusaha menepis kenyataan yang sedang ia pikirkan di kepalanya, Benny yang ada
di depannya melihatnya dengan tatapan bertanya.
“Aku
hanya memikirkan hal bodoh, sayang..”
“Iyaa
apa itu? Bisa ceritakan?”
Laura
tak yakin ingin menceritakan ini, namun dia sepertinya akan dan harus
menceritakan kejadian dua minggu lalu yang dialaminya.
Akhirnya
Laura mengangguk, “Dua minggu lalu, tanggal empat, kamu tiba di bandara, selama
diperjalanan, kita kecelakaan dan kita ada di rumah sakit, kamu ada di ICCU,
dan saat itu..” air mata malah menggenangi matanya, “Aku dengan jelas melihatmu
di ruangan itu, dan aku memelukmu, karena kamu meninggal malam itu Benn..”
Benny
menyeka pipi Laura yang dijatuhi air mata, “Lalu? Kamu melihatku kembali?”
Laura
mengangguk, “Yaa, mungkin ini terdengar seperti lelucon bagimu Benn..”
“Laura,
apa kamu baik aja?” Benny mengusap lembut tengkuk tangan Laura, Laura
mengangguk, lalu menggeleng kecil, “Tenang sayang, aku disini, aku tidak
kemana-mana..”
“Iyaa,
aku tahu..” Laura berusaha menenangkan dirinya dari pikirannya tentang malam
itu, “Tapi malam itu terasa nyata..”
“Sayang
biar kuceritakan yang sebenarnya terjadi.. jika ini berbeda dengan apa yang
kamu alami malam itu, mungkin kamu hanya bermimpi.. Sore itu aku menyetir, dan
kita menuju ke rumahku, kamu bertemu Ibu dan setelah itu kamu pulang, aku
bilang akan pergi ke rumah Mama, malam itu dan akan kembali, nyatanya aku pergi
terlalu lama, hingga kita bertemu di supermarket kemarin..”
Laura
mencerna cerita itu baik-baik, namun sayangnya kejadian itu berbeda sekali
dengan apa yang dia alami. “Mungkin kamu benar Benn.. aku cuma bermimpi.”
*****
“Dia
bukan Benny, Laura..” Joseph menegaskan kembali, setelah mendengar cerita Laura
setelah dinner malam kemarin dengan Benny.
“Dia
Benny, aku yakin dia Benny.. kenapa sih kamu ngotot banget bilang dia bukan
Benny?”
“Aku
tidak bisa jelaskan alasannya, tapi, lihat kembali, apakah dia benar-benar
Benny.. lihat sikapnya, tatapan matanya, semua yang kamu tahu..”
Sayangnya,
yang diketahui Laura tentang Benny hanya tatapan mata dan pelukan hangat Benny,
selebihnya, kisah mereka hanya sebatas media. Sikap Benny sebenarnya tak bisa
dibaca oleh Laura sama sekali.
“Aku
yakin dia Benny.”
“Maafkan
aku Laura.. Benny yang sebenarnya sudah tak ada. Benny yang ada bersamamu saat
ini, bukanlah Benny kekasihmu..”
“Lalu,
kamu pikir siapa dia?”
“Dia
seseorang yang mengaku Benny..”
“Aneh..
udah deh, aku nggak akan ceritakan apa-apa lagi tentang Benny ke kamu, kamu
selalu aja menganggap Benny sudah nggak ada. Dia ada, Benny masih ada.”
“Dia
emang sudah nggak ada Laura..”
Laura
tak mau mendengar kembali lebih jauh bahasan Joseph, gadis itu angkat kaki
keluar dari kafe dan menuju ke rumahnya. Dia menghubungi Benny, namun nomer
telfon Benny tak aktif, akhirnya menghubungi sosial media milik Benny, akhirnya
Benny merespon. Laura bercerita tentang kesibukannya mendesign hari ini, dan
Benny menceritakan kesibukannya membantu eyang mengecat beranda rumah. Keduanya
menghabiskan waktu di telfon, hingga Laura tersadar akan sesuatu.
Alunan
tawa Benny, tidak seperti ini ditelfon, telinga Laura sudah sangat hapal dengan
tawa menawan milik Benny, namun tawa itu terdengar berbeda kini, dan Benny
biasanya bertanya penuh pancingan, namun kali ini kenapa pertanyaan segala
pertanyaan serasa monoton dan tak mengasyikkan?
Laura
memutuskan untuk menutup telfon, karena dia mengantuk. Telfon tertutup, namun
Laura tak segera tidur, dia menuju ke meja kerjanya, dan membuka laptop disana,
membuka album rekaman suara percakapan dirinya dan Benny selama ini. Dia
bernostalgia kembali mendengar semua keseruan dirinya dan Benny saat
berkomunikasi selama LDRan. Hingga akhirnya, Laura tersadar. Lelaki yang ia
temui beberapa hari ini bukanlah Bennynya. Lalu siapa lelaki itu? Kenapa
pertentangan Joseph terasa masuk akal sekarang?
Segera
Laura mengambil kunci mobilnya dan hendak menuju ke rumah Benny malam itu juga.
Saat mobilnya keluar dari gerbang perumahannya, Laura terkejut melihat Joseph
yang sedang berdiri tak jauh dari rumahnya, langsung dimintanya Joseph ikut
bersamanya.
“Kamu
mau kemana Laura selarut ini? Bisa kembali saja ke rumahmu?” tanya Joseph
gelisah.
“Aku mau
mendatangi Benny dan bertanya, kenapa dia berbeda.”
“Jangan
penasaran kenapa, sebaiknya kamu kembali ke rumah dan tidur, besok saja kamu
mendatanginya.”
Joseph
sangat khawatir pada Laura saat itu, namun Laura tetap bersikeras ingin menuju
ke rumah Benny, tanpa menunggu lagi, Laura menyalakan mesin mobilnya, dan
segera menuju rumah Benny.
“Laura,
tolonglah, kembalilah ke rumah, aku tak ingin mengantarmu malam ini..”
“Aku
tidak memintamu mengantarku, aku hanya mau kamu duduk disitu dan menemaniku
menuju rumah Benny..”
“Tapi
Lau..”
“Sebenarnya,
kenapa kamu ke rumahku jam segini?”
Tanpa
bisa menjawab, Joseph memilih diam, wajah kelewat khawatirnya itu tak bisa ia
sembunyikan dari Laura, gadis itu kembali fokus menyetir.
“Kumohon,
dengarkan aku kali ini saja..”
“Aku
sudah mendengarmu Joseph, maka dari itu aku akan memastikannya..”
“Bukan
itu maksudku, dengarkan aku, kamu harus pulang.. kumohon, aku tidak mau
mengantarmu malam ini..”
“Mengantar
apa sih maksud kamu?”
“Awasss!!!!!”
Laura
segera membanting setir dan mobilnya menepi dengan segera karena sebuah mobil
oleng melintas begitu saja, hampir saja menggesek mobil Laura saat itu.
Ketengangan dan ketakutan bercampur menjadi satu pada diri Laura saat itu.
“Hampir
saja..” ucap Joseph lega, malah Laura langsung memeluk Joseph dari samping.
“Kamu
baik ajakan Joseph? Kamu nggak apakan?” tanya Laura dibalik pelukannya,
tubuhnya bergetar hebat, Joseph terdiam.
“Selamat
malam Laura Andra, umur 24 tahun, lahir 23 April 1994, meninggal hari ini tanggal 23 April 2018. Penyebab kematian, serangan
jantung.” Ucap Joseph lirih.
Laura
mendongak dan melihat ke arah Joseph, sahabatnya itu terlihat sangat pucat,
bibirnya merah merona, dan iris mata itu berwarna cokelat, berbeda saat pertama
kali Laura melihatnya.
“Mari
kuantarkan, tolong, jangan memikirkan apapun lagi Laura.. ikutlah denganku.”
Ucap Joseph, Laura mengikutinya dan air mata membasahi pipi Laura.
TAMAT.
Hai-Hai Reader's.. aku kembali dengan cerita baru. Ini lebih ke fantasi, dan ini bukan tiruan dari film atau apapun, jadi mungkin, kalau ada yang ngerasa cerita ini punya kesamaan dengan yang lain, mungkin aku yang punya versi berbedanya.
Okeeeyyyy, pokoknya, aku ngucapin terimakasih banyak sudah mau berkunjung dan ngisi waktu senggang kalian dengan membaca karya-karya absurd aku, moga pembaca sehat aja, amin.
Jangan bosan menunggu cerita-ceritaku selanjutnya yaa.. byeee... In my next story... :*
Komentar
Posting Komentar