My Only One Way

Sinopsis.
Mencintai memanglah bukan hal yang mudah. Apabila telah menemukan cinta yang benar, sudah sepatutnya harus dijaga dan dihargai. Meitya Ailee Brown, mencintai Kevin Heslen dengan tidak bisa digantikan oleh siapapun. Sang Bunda, Ailee Brown berusaha menghalangi putrinya untuk memiliki cinta bersama Kevin hanya karena sebuah ramalan. Namun, sekeras apapun Bunda Ailee menghalangi mereka bersama, mereka tetaplah akan mencari satu sama lain.
Bagaimanakah Meitya dapat bertahan menanti dan mencintai Kevin sosok yang selalu hadir dihidupnya? Bagaimana Kevin dapat bertahan menanti dirinya untuk kembali kesisi Meitya wanita yang sudah sangat dia cintai?

Happy Reading!!! :)))
______________________________________________________________________________

Hari mulai senja, entah kenapa terasa tidak menyenangkan. Hanya rasa dingin yang menyelimuti suasana senja kali ini. Meitya Ailee Brown, wajahnya bermuram semenjak ia bangun dari tidurnya. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba saja terkaget dari tidurnya dan bangun, mengingat-ingat kembali mimpinya yang membuat pipi kirinya terasa basah dan sesak didadanya yang begitu terasa sakit.
“Sore sayang..” Sapa sosok yang tengah duduk dibangku dekat ranjang tidur Meitya, tersenyum penuh bahagia.
Meitya terkaget melihat sosok pria yang kini membuat sebuah senyuman kelegaannya muncul dibibir tipis dan merah merona itu. Dia merasakan ruang bernafasnya telah kembali.
“Sejak kapan disitu? Nemani aku tidur yaaa?” tanya Meitya lalu berdiri dan meneguk segelas air diatas meja dekat ranjangnya.
“Dari tadi lah.. gimana kabar kamu hari ini sayang?”
“Aku baik aja hari ini. Gimana denganmu? Sudah ada perubahan?”
Sosok itu merengut seketika.
“Ohh.. nggak usah diceritakan. Yang penting kamu disini sama aku..”
Sosok itu kembali tersenyum semringah.
Aku hanya cukup bahagia jika kamu sudah disini denganku. Walau bukan kamu yang duduk disitu, aku lega hanya dengan melihat senyummu Kevin.. aku sangat merindukanmu. Batin Meitya.
“Jadi hari ini kita makan apa?” tanya Meitya lalu menuju kedapurnya yang ada dilantai dasar.
Sosok itu bernama Kevin, mengikuti Meitya kemana saja. Dan selalu disisi Meitya, selalu tersenyum dan membuat Meitya tertawa, membuat kenyamanan disisi Meitya.
“Terserah kamu aja Mei.. aku makan apa aja yang kamu makan kok..”
“Emhh.. jadi aku masak nasi goreng aja. Atau buat salad aja?”
Bibi yang muncul dari pintu dapur, kembali mengerutkan keningnya untuk kesekian kalinya. Melihat nona mudanya yang mau masak didapur.
“Non.. Biar Bibi yang masakin.” pinta Bibi lalu menghampiri Meitya.
“Nggak papa Bii’.. saya mau bikin salad aja.”
Meitya menarik lengan Kevin dan membawanya menuju ke kulkas.
“Kita bikin salad apa ? Sayur apa buah?” tanya Meitya, seraya mencari-cari bahan saladnya.
“Salad buah aja. Kayaknya enak..” Kevin menunjuk Apel dan Pir yang ada dirak kedua pintu kulkas.
“Oke salad buah..”
Meitya membawa beberapa buah ketas meja makan, Bibi ikut membantu mengupas buah-buah tersebut. Selesai memotong buah dan mencampurnya dengan susu dan mayonise, Meitya menaruhnya diatas piring, membawa dua piring keatas dan menaruh sepiring untuk Bibi yang sudah membantu.
Keduanya menikmati salad itu bersama diteras kamar Meitya. Merasakan hembusan angin petang yang sejuk karena rindangnya pepohonan dihalaman belakang rumah Meitya. Meitya tak hentinya melihat Kevin yang ada disampingnya tanpa menyentuh piring salad diatas meja.
“Kenapa lihat aku terus? Aku makin ganteng ya?” tanya Kevin memecah lamunan Meitya.
“Hahaha.. iyaa tambah ganteng. Oyaa, gimana nanti kita ke alun-alun kota, lihat pertunjukan air mancur. Kata Gina disana ramee..”
Kevin melihatnya dengan tatapan tak terbaca. Hanya bibir tipisnya yang berusaha tersenyum.
“Kenapa Kev? Kamu nggak bisa?”
Kevin menggeleng.
“Kalau nggak, yaa.. kita dirumah aja. Nonton film atau main catur..”
Kevin tersenyum menutupi tatapan kosongnya.
“Atau-”
“Kita ke alun-alun kota aja, kitakan belum pernah ikut acara itu Meii.. udah jangan pikirkan yang aneh-aneh.. nanti kamu sakit.”
Meitya menahan genggamannya yang erat, lalu mengangguk tersenyum senang. Dia hanya tidak mau orang yang dia sayangi ini tidak menikmati waktunya bersama. Benarkah tak apa jika kita kesana? Aku takut kamu akan menghilang begitu saja Kevin. Batin Meitya.
Kumohon, jangan berfikir berlebihan tentangku. Kita habiskan waktu bersama, aku ada bersama mu kini. Ini adalah kesempatan keduaku Meitya, kumohon.. Batin Kevin.

-oOo-
“Kevin, kita beli cemilan dulu gimana?” Tanya Meitya, seraya menarik pergelangan tangan Kevin dan membawanya menuju kesalah satu stand cemilan manisan.
“Jangan terlalu manis yaa..” pinta Kevin mengingatkan Meitya yang sebenarnya tidak suka makanan yang terlalu manis.
“Iyaa.. satu untukmu, satu untukku..” Meitya menyerahkan gula manis batangan pada Kevin.
Ibu paruh baya yang menjual manisan itu menatap heran Meitya setelah menerima uang yang diberikan Meitya. Penjual itu mengerjapkan mata sesekali, samar ia lihat sosok Kevin. Lalu menghilang. Penjual manisan itu langsung menepuk lengan Meitya.
“Mbak.. sama siapa?” tanya Ibu penjual.
“Ahh.. ini pacar saya Bu.. saya permisi.” Meitya langsung menarik lengan Kevin menjauh dari penjual manisan itu.
Dia melihat Kevin? Bagaimana bisa? Batin Meitya. Ia sesekali melihat Kevin yang lebih tinggi darinya. Bukankah hanya aku yang bisa melihatmu? Batin Meitya bertanya. Melihat kembali sosok Kevin yang ada disampingnya tengah menatapnya juga.
“Kenapa Mei? Heran sama Ibu tadi yang bisa lihat aku?” tanya Kevin santai.
Kevin menyeka rambut Meitya yang menyentuh bibirnya. Meitya menggeleng, lalu menutup rasa penarannya.
“Gimana Gula-lainya? Enak?” Meitya mengalihkan.
Kevin menyadari Meitya mengalihkan pertanyaannya. Kevin hanya mengangguk merespon gadis yang ia sayangi ini. Kenapa kamu alihkan? Tanyakan saya Mei.. Batin Kevin. Tiba-tiba, Meitya merasakan sesak didadanya, dan sosok Kevin menghilang darinya seketika itu juga. Meitya menyadarinya lalu menoleh dan mencari-cari Kevin.
“Kevin!!” Serunya memanggil Kevin.
Meitya tersungkur lemas dilantai bata itu, tangisnya keluar begitu saja begitu menyadari Kevin kembali menghilang. Berkali-kali ia menyeka pipinya yang dibanjiri air mata.
Belum lama kita menghabiskan waktu. Kenapa begitu cepat kamu menghilang Kevin? Bisakah lebih lama lagi bersamaku disini? Kenapa seperti ini? Teriak Meitya membatin.
Meitya tiba-tiba berdiri dan berlari menuju parkiran mobil, mencari mobilnya dan segera menuju rumah sakit. Ia harus mencari Kevin, melihat keadaan kekasihnya itu. Setibanya ia dirumah sakit, dan terpaku didepan pintu ruangan dimana Kevin sedang berbaring. Melihat Kevin melalui kaca pintu dengan kondisi yang masih sama, membuatnya kembali tersungkur menangis, dirangkul erat lututnya.
Ibunda Meitya yang sedang berbicara dengan perawat pribadinya, menyadari kehadiran putrinya saat melintas dilobi rumah sakit. Ibundanya mendatangi Meitya yang masih tersungkur didepan pintu.
“Meitya! Sudah berapa kali Bunda bilang. Berhenti menjenguknya!” bentak Ibunda pada putrinya yang masih terisak dengan tangisnya.
Meitya ditarik paksa berdiri oleh Ibundanya, dan membuat pergelangannya memerah.
“Bunda.. kumohon.. jangan jauhkan aku dari Kevin lagi.” Lirih Meitya pada Ibundanya.
“Bunda sangat-sangat tidak senang kamu dengannya. Bunda mohon! Berhenti menjenguknya Meitya!” seru Ibundanya lalu menarik paksa Meitya meninggalkan pintu ruangan Kevin.
Beberapa perawat yang memperhatikan mereka bertanya-tanya dengan kejadian yang ada didepan mata mereka. Melihat Meitya yang menangis dan mencoba kembali kepintu ruangan Kevin malah dihalang oleh Ibundanya. Ibundanya membawa Meitya menuju keruangan pribadinya. Dipintu ruangan bertuliskan Dr. Ailee Brown Sp.J. Sebuah hentakan keras Meitya duduk di kursi sofa ditengah ruangan pribadi Ibunda Ailee.
“Apa maumu Meitya?”
“Aku hanya mau melihat Kevin..”
“Kamu selalu berkunjung kerumah sakit ini setiap 6 jam Meitya. Bunda sangat-sangat heran denganmu. Sewaktu dia sehat saja setiap hari kalian bersama. Bunda benar-benar tidak suka kamu menghabiskan waktu dengannya.”
“Apa yang salah Bunda? Bunda berubah posesif begini karena ramalan dari sahabat Bundakan?”
Ibunda Ailee terdiam, mengingat ramalan yang dikatakan Meitya. Ramalan tentang hubungan Meitya dan Kevin. Setahun yang lalu ramalan itu membuat Meitya dan Kevin harus berpisah karena kejadian-kejadian aneh yang sepertinya direncanakan.
“Ramalan yang bilang kalau Meitya sama Kevin adalah bunga hijau. Yang seharusnya tidak bisa dipisahkan oleh siapa pun. Jika berusaha dipisahkan, bukannya Bunda tahu sendiri akibatnya, akan ada kesialan. Kenapa Bunda tidak menyadari itu? Kesialan sudah ada mendatangiku dan Kevin disaat Bunda mencoba memisahkan kami.”
Meitya membuat Bundanya mengingat-ingat kembali beberapa penolakan dirinya terhadap hubungan putrinya dan Kevin. Ibundanya masih dengan tatapan kosong, mengingat-ingat kembali beberapa kejadian yang menurutnya memang ganjal terjadi.

-oOo-
Bulan Januari tahun lalu..
Bunda Ailee ditelfon sahabatnya Madam Hanna, seorang wanita keturuan cina yang memiliki kemampuan dalam meramal kehidupan seseorang. Bunda Ailee semangat menanyakan hubungan Meitya yang saat itu berpacaran dengan Kevin, Madam Hanna meramal kehidupan percintaan mereka.
“Anak kamu, akan bahagia bersama Kevin. Mereka punya kehidupan yang bahagia, memang akan ada masalah, tapi mereka bisa melewatinya bersama, mereka saling melengkapi dan saling menjaga. Mereka adalah mawar hijau, yang artinya cinta sejati dari surga. Namun, kesialan akan mendatangi mereka tanpa henti jika ada yang menghalangi kebahagiaan mereka. Sayangnya, Meitya akan meninggal diusia 30an.. jika kuperhitungkan ramalan ini akan tidak ada jika mereka bisa berpisah dan mereka tidak saling mencintai lagi.”
Bunda Ailee terkejut, mendengar penjelasan ramalan putrinya. Dia tidak ingin putrinya meninggal diusia muda. Hanya butuh lima tahun lagi, Bunda Ailee tidak bisa kehilangan putrinya begitu saja.
“Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak bisa kehilangan putriku.”
“Mereka bisa berpisah jika tidak saling mencintai. Tapi bagiku itu mustahil, karena cinta mereka kuat sekali.”
Bunda Ailee kecewa sekali dengan ramalannya hari ini, ia pulang kerumah dan mendapati Meitya dan Kevin tengah membuat brownise bersama. Bayang-bayang ramalan tadi muncul dikepalanya, menyadari putrinya akan meninggalkannya lima tahun lagi, sungguhlah menyedihkan. Ia tidak ingin hidup ditinggalkan orang yang ia cintai lagi. Ramalan seorang peramal dari cina 26 tahun lalu saat Ibunda Ailee dan almarhum Ayahnya Meitya, Brown Janson dan mereka masih bertunangan, benar terjadi.
Lima tahun setelah pernikahan mereka, Ayahnya meninggal diusia 30 sesuai ramalan. Ibunda Ailee menyesal dengan ramalam itu, dan kenapa harus Meitya juga yang terkena ramalan yang sama? Ibunda Ailee sudah berusaha melewati ramalan itu, tetap saja ramalan itu menjadi benar. Sekali lagi ia tidak ingin kehilangan Meitya, walaupun Kevin ditinggalkan, Ia tak mau ditinggal oleh Meitya.
Ibunda mengusir Kevin begitu saja, membuat keduanya tidak menyelesaikan adonan brownise yang kelihatannya sangat enak itu. Meitya heran dengan sikap Bundanya yang tiba-tiba melarang Hubungan keduanya. Membuat Meitya menentang keputusan Bundanya.

Bulan Februari tahun lalu..
Meitya dan Kevin ada janji piknik di Villa milik Ayahnya Kevin. Namun Ibunda Ailee tak mengijinkan, walaupun hanya setengah hari Ibundanya sama sekali tak mengijinkan. Malah membawa Meitya kerumah sakit dengan alasan membantu pekerjaannya. Meitya nekad keluar dari rumah sakit, dan pergi menemui Kevin, di perjalanan Meitya mengalami kecelakaan. Membuatnya harus dirawat dirumah sakit selama seminggu karena syok.
Kevin datang menjenguk Meitya dan dilarang oleh Ibundanya, mengucapkan kata penolakan akan hubungan mereka membuat Kevin pulang dan kecewa. Namun, Kevin tetap mendatangi Meitya dijam sibuk kerja Ibunda Ailee. Sehingga Kevin bisa membuat gadis yang ia cintai itu kembali tertawa ditengah sakit setelah operasinya.

Bulan Maret tahun lalu..
Ibunda Meitya mengirim putrinya keparis untuk kursus desain. Berharap akan berada disana sampai umur Meitya lewat 30 tahun. Sayangnya, hal itu tidak terjadi. Kevin nekad mendatangi Meitya di Paris, dan mereka menghabiskan waktu berlibur, bersenang-senang dan belajar desain bersama.
Ibunda Meitya tidak menyadarinya selama berbulan-bulan, dan saat lima bulan lalu Meitya dan Kevin kembali dari Paris hendak mendatangi kedua orang tua Kevin memohon ijin dan restu hubungan mereka. Membuat Ibunda Ailee naik pitam, ia menolak mentah-mentah maksud baik Kevin yang ingin melamar Meitya. Entah kenapa Meitya kali ini benar-benar memberontak kepada Bundanya dan mencoba untuk melarikan diri dari penolakan Ibundanya yang sedang marah saat itu.
Meitya yang menyetir saat itu, melaju dengan kencang sambil menangis. Membuat Kevin menyusulnya dimobil belakang. Entah apa yang dipikirkan gadisnya itu, Kevin tak henti-hentinya membunyikan klakson. Dan ponsel Meitya terus berdering, Ibundanya menelfon sesekali, kemudian Kevin menelfonnya juga. Meitya tak perduli itu, dia hanya mau pergi saja sementara ini.
Hingga diperempatan jalan lampu merah, Kevin yang masih mengikuti Mobil Meitya dari belakang tiba-tiba kaget dengan mobil Metiya yang membelok sangat cepat, membuat mobil Kevin yang mengikutinya dari belakang tak sempat menghindar dari mobil yang datang dari arah depan. Mobil Kevin terpelanting dan terbalik begitu saja. Meitya yang sudah tak sadarkan diri karena benturan dikepalanya untuk kedua kalinya.
Karena kecelakaan itu, membuat mereka berdua berakhir diruang operasi. Meitya sadar dua hari kemudian setelah operasi. Namun Kevin koma hingga sekarang. Wajah kelewat cemas dengan rasa bersalah penuh air mata, Ibunda Meitya mengenggam erat tangan putrinya. Begitu Meitya sadar, ia memeluk Ibundanya dan bertanya Kevin ada dimana, namun Ibunda Meitya menutupi dalam-dalam kecelakaan yang menimpa putrinya dan apa yang terjadi pada mereka berdua.
Seminggu kemudian, Meitya dipulangkan Ibundanya kerumah. Entah bagaimana, 6 jam setelah keluar dari rumah sakit Meitya kembali lagi kerumah sakit dan langsung mendatangi ruangan dimana Kevin tengah berbaring tanpa membuka mata sedikitpun. Membuat tangis Meitya pecah begitu saja diranjang Kevin. Dirangkulnya erat tubuh lemas Kevin.
Ibundanya yang menyadari kehadiran putrinya itu dari seorang perawat, membuatnya buru-buru menuju ruangan Kevin. Dan memisahkan rangkulan Meitya. Menyuruh Meitya pulang karena alasan kesehatannya yang belum pulih. Meitya berjanji akan kembali besok pada Kevin. Membuat Ibundanya menatap sinis kondisi Kevin.

-oOo-
“Haruskah Bunda memisahkan kami kali ini?” tanya Meitya lirih.
Ibundanya masih tidak bergeming dengan pertanyaan putrinya.
“Harusnya kuberitahu Bunda dari awal..Kalau Kevin tidak benar-benar terbaring disana.”
Ibundanya menatap heran Meitya.
“Benar kata peramal itu, kami tidak bisa dipisahkan Bunda. Buktinya, Kevin masih bisa bersamaku walaupun dia terbaring disana.”
Kening Bunda Ailee mengerut tajam mendengar perkataan putrinya.
“Kami akan saling mencari, walaupun kami terpisah. Kevin mendatangiku setelah aku pulang kerumah dari rumah sakit lima bulan lalu. Hingga sekarang, kami sering menghabiskan waktu bersama tanpa Bunda ketahui.” jelas Meitya.
Kumohon Bunda, berhentilah menghalangiku. Batin Meitya. Ibundanya masih keheranan mendengar penjelasan Meitya yang menurutnya sama sekali tak masuk akal. Benarkah itu? Begitu kuatkah cinta mereka sampai tak bisa kupisahkan? Batin Bunda penuh pertanyaan.
“Kamu sudah gila karena ketidak hadiran dia Meitya, kamu berbicara sendiri, tertawa sendiri, menangis sendiri, kamu harus diobati. Bukan malah berkhayal bersama pacarmu yang sudah tidak ada harapan itu.”
“Aku gila karena Kevin Bunda. Aku gila karena Bunda yang berusaha memisahkan kami. Aku gila karena diriku sendiri!” Seru Meitya meninggikan suaranya.
“Bunda akan bawa kamu ke psikiater sekarang!” tegas Bunda Ailee.
Ia menarik paksa putrinya itu menuju ruangan psikiater dilantai selanjutnya. Meitya mencoba melepaskan genggaman kuat Bundanya. Tapi tetap saja kekuatan Meitya tidak bisa menandingi genggaman erat tangan Bundanya.
“Kumohon Bundaa.. biarkan aku menemui Kevin.” pinta Meitya.
“Tidak, sampai kamu berumur 30 tahun..”
Meitya tidak mengerti dengan yang dikatakan Ibundanya. Kini mereka memasuki lift, Meitya melihat sosok Kevin sebelum pintu lift tertutup.
“Kevin..!” teriak Meitya memanggil Kevin.
Orang-orang yang dilift bersama mereka berdua keheranan melihat Meitya meneriaki orang tanpa ada siapapun didepan lift tadi. Apa yang dilihat Meitya tidak semua orang bisa melihatnya termasuk Ibundanya yang masih mengenggam erat pergelangannya. Pintu lift terbuka, begitupun Ibunda Ailee langsung menarik Meitya menuju ruangan diujung. Menemui seorang temannya ahli psikologi.
“Periksalah dia. Kumohon, beri dia hypno..” pinta Ibundanya pada Dr. Kafka.
“Anda serius? Bukankah anda sudah tahu efek sampingnya?” tanya dokter Kafka meragukan.
Ibundanya mengangguk, dan segera membaringkan Meitya dan menahan putrinya itu sekuat tenaganya, walaupun Meitya sudah meringis kesakitan sesekali. Dokter Kafka menjentikkan jari, dan Meitya lelap dalam hypno yang dilakukan Dokter Kafka.
“Maafkan Bunda sayang, Bunda sayang sama kamu Meitya, Bunda mohon..” lirih Bunda Ailee seraya melihat putrinya yang sedang di Hipnotis.
Sesaat air mata mengalir dari pelupuk mata Meitya yang masih terpejam. Bunda Ailee langsung beranjak dari tempat duduknya memerhatikan lebih dekat.
“Ada apa dengannya Dokter?” tanya Bunda Ailee cemas.
“Dia sedang melawan alam sadarnya.” singkat Dokter Kafka.
“Apakah anda serius dengan hypno ini? Saya khawatir putri anda akan terhipnotis dalam. Ini berbahaya. Melihat responnya, dia bisa saja menerima hypno ini dan hidup karena hypno.”
Hypno adalah kondisi dimana seseorang akan hidup sesuai dengan aturan orang yang pertama kali melihatnya tanpa tahu jati dirinya. Maafkan Bunda.. Bunda mohon.. Batin Bunda Ailee. Butuh satu jam membuat Meitya sadar dari terapi hypnonya, ketika Meitya membuka mata, Ibundanya langsung merangkul Meitya dan menyeka pipinya yang basah.
“Kamu nggak papa sayang?” Tanya Bunda, menatap intens pada putrinya.
Tatapan kosong dan mencari-cari terlihat dimata Meitya.
“Kita dimana Bunda? Kenapa Bunda nangis?” tanya Meitya kebinggungan.
Bunda tersenyum lega, lalu memeluk erat penuh sayang pada putrinya. Sepertinya hypno tadi berhasil membuat putrinya akan lupa tentang siapa Kevin dan apa yang dilakukannya salama ini. Seperti hilang ingatan, tidak seburuk itu.
“Kita balik kerumah yaa.. Bunda mau masakin spagetti carbonara buat Meitya..”
Ibunda Ailee membawa Meitya pulang, dan mereka melewati lobi yang menuju keruangan Kevin. Meitya masih dengan tatapan kebinggungan, masih heran dengan dirinya sendiri. Apa yang ia lakukan diruangan psikiater tadi, dan apa yang sedang ia lakukan dirumah sakit ini bersama Bundanya. Ia sama sekali tak mengingat apapun sebelum ia datang kerumah sakit ini, maupun sebelum-sebelumnya. Bahkan mungkin tentang Kevin, pria yang begitu amat sangat ia cintai. Meitya tidak mengingat Kevin.

-oOo-
Setahun kemudian..

Meitya kembali kerumahnya setelah menghabiskan beberapa bulan di Paris, melanjutkan kursus desainnya dan akan membuka butik di kota ini. Membuat Ibundanya semangat membantu dalam berinvestasi dibutik yang akan didirikan Metiya. Meitya membuat desain bajunya sendiri dan menjualnya secara luas, beberapa karyanya terinspirasi dari seseorang yang selalu muncul dalam mimpinya disetiap tidurnya.
Pria dengan rupa tampan, sopan, murah senyum dan mengerti dirinya. Meitya merasa pria dalam mimpinya itu adalah belahan jiwanya yang belum ia temukan. Ia kadang menceritakan pada Ibudanya, membuat Ibundanya terkadang cemas. Takut jika sosok itu adalah Kevin yang masih mendatangi Meitya.
Tapi itulah kenyataannya, Kevin masih mendatangi Meitya dalam mimpi. Membuat tidur Meitya terasa indah setiap harinya. Kevin terkadang meminta untuk tetap tidak bangun dari tidur Meitya karena ingin menghabiskan waktu bersama wanita yang dicintainya itu walaupun hanya dalam mimpi. Meitya sudah cukup menutupi semua mimpinya, dan semua kerinduannya pada Kevin. Sosok yang ia mimpikan itu tidak pernah ia lupakan.
Bahkan, untuk kali ini.. dia akan menemui Kevin mencari sosok Kevin yang sebenarnya. Meitya bermimpi lagi malam ini dan mengetakan pada Kevin bahwa dia akan mencari tubuh Kevin, dimanapun itu. Tapi Kevin tidak memberitahukannya keberadaan tubuhnya, Meitya yang penasaran mencari sosok Kevin dirumah sakit.
Nihil, dia tak menemukan Kevin. Daftar pasien dan rekam medisnya sama sekali tidak ada. Meitya masih menyembunyikan kenyataan dia yang belum melupakan Kevin dari Ibundanya. Bunda Ailee sama sekali tidak mencurigai gerak-gerik Meitya.

Tiga bulan kemudian..

Meitya kembali bermimpi.
“Jangan berusaha mencariku Meitya sayang, kamu akan kelelahan dan kecewa.” pinta Kevin pada Meitya seraya mengelus rambut ikal kekasihnya itu.
Meitya menggeleng tak setuju dengan permintaan Kevin.
“Aku akan mencarimu kemanapun Kevin.”
“Aku sudah disini, apa lagi yang kamu cari?”
Meitya menggeleng.
“Mau kuceritakan sebuah kebenaran?”
Meitya menatap intens mata Kevin dan mulai mendengarkan.
“Sebenarnya, setahun yang lalu.. aku kembali kerumah sakit itu. Melihat sendiri kondisiku. Aku begitu kaget, karena tubuhku tidak terbaring lagi disana. Aku mencari kerumah, kemanapun. Aku binggung, apakah aku sudah sadar atau sebenarnya sudah mati. Jika aku sadar, harusnya aku kembali ketubuhku saat itu jugakan? Jika aku mati, harusnya aku tidak mendatangi mimpimu lagi ataupun bisa mengikutimu kemana saja seperti ini. Aku benar-benar binggung, aku memutuskan untuk tetap disisimu dan hadir dimimpi mu seperti ini. Walaupun kamu tidak bisa melihatku didunia nyata karena pengaruh hypno, tapi setidaknya aku bisa mendatangimu dimimpi indahmu ini kan? Aku selalu disisi mu selama ini, karena tidak mampu mencari tubuhku kembali.”
Kevin menghela nafas panjang, menerima kenyataan dirinya yang kini hanyalah seorang arwah yang bisa datang dan pergi kemimpi kekasihnya yang ia cintai itu.
“Benarkah? Kenapa begitu? Kalau begitu kita harus mencari tubuhmu dan mengembalikanmu Kevin. Aku sangat merindukanmu, ingat janji kita yang harusnya akan menikah Kevin. Aku menantikan itu..”
Kevin menggeleng, digenggam eratnya pergelangan tangan Meitya. Menatapnya lekat.
“Aku sudah tidak bisa menemukan tubuhku Mei.. entah sampai kapan aku seperti ini, bisa saja aku pergi tiba-tiba tanpa bisa memberitahumu terlebih dahulu..”
“Enggak! Nggak boleh gini. Aku harus menemukan kamu Kevin, aku- aku merindukan kamu sangat! Jangan pergi Kevin, aku tidak bisa hidup jika kamu tidak ada. Selama ini kamu jantungku, jika kamu tidak ada bagaimana aku bisa hidup..”
Meitya mulai menangis, Kevin mengelus kembali rambutnya menenangkan Meitya. Aku benar-benar merindukan kamu.

Ketika terbangun, Meitya menyadari pipinya dan bantalnya kembali basah karena air matanya. Dia harus segera bangun dan mengurus butiknya, dan siang nanti dia harus kembali mencari Kevin. Kebetulan Meitya punya kenalan seorang polisi ia akan meinta tolong darinya. Meminta mencarikan Kevin untuknya.
Mengejutkan, siang ini Meitya yang sedang sibuk menata gaun baru buatannya dikagetkan oleh berita tentang Kevin dari polisi bernama Farell, ia menemukan keberadaan Kevin. Kevin kini berada dikota ini, tidak pernah keluar kota maupun kemanapun. Kevin kini bekerja disalah satu kantor kejaksaan, memang itu adalah profesinya.
“Tapi- tapi kenapa dia tidak mendatangiku? Mencariku?” tanya Meitya bergumam.
“Bukankah jika dia sudah sadar, dia harusnya mencariku? Apa dia lupa denganku?” tanya Meitya lagi.
Dia menggeleng tidak terima dengan pikirannya sendiri. Pikirannya yang mengatakan Kevin sudah melupakannya, tapi kenapa Kevin masih mendatanginya dimimpi. Dia juga percaya sosok Kevin pasti ada bersamanya sekarang.
“Kevin.. kenapa? Kenapa kamu tidak mencariku? Aku yakin.. kamu disini. Kembalilah dan cari aku!” pinta Meitya.
Dia tersungkur, menahan sesak didadanya. Tangisnya yang sudah diujung pelupuk matanya kini keluar begitu saja membanjiri pipinya, membasahi bajunya. Dia sepertinya harus mencari Kevin. Ia mendatangi alamat dimana Kevin bekerja dan mengatur janji dengan Kevin untuk bertemu direstoran dekat dengan kantor kejaksaan.
Seperti sebelumnya, Kevin masih binggung dengan sosok wanita yang ada didepannya kini. Yang tadi tiba-tiba menelfonnya dan mengajak bertemu direstoran ini. Kevin masih menatap binggung melihat Meitya, sedangkan Meitya menatap sendu pria yang sangat ia rindukan ini, air mata dipelupuk matanya masih ia tahan untuk mengalir. Dia rasa, pria yang ada dihadapannya kini sama sekali tidak mengenali dia.
“Ada perlu apa Mba dengan saya?” tanya Kevin sopan.
Dia sopan seperti biasanya, ini benar Kevin.
“Kamu lupa sama aku Kevin?” tanya Meitya, gemetaran dihatinya sangat membaut jantungnya berdebar.
Kevin mengerutkan keningnya, lalu menggeleng.
“Emangnya Mba siapa ya? Saya baru kali ini lihat Mba.” jelas Kevin.
Meitya menahan nafasnya, terkejut mendengar Kevin mengatakan hal yang menurutnya salah.
“Aku… aku Meitya, pacar kamu Kevin..”
Kevin kembali mengerutkan keningnya, sesaat tersenyum sambil menggeleng.
“Maaf Mba. Saya tidak punya pacar..”
“Tapi aku pacar kamu. Maaf aku keparis tanpa mengabari kamu Kevin.”
“Maaf Mba.. saya ini sudah bertunangan dan akan menikah..”
Meitya terkejut, benar-benar diluar nalarnya. Kenapa prianya ini sudah memiliki tunangan sedangkan pacarnya adalah dirinya. Ada yang salah disini. Kenapa Kevin sudah memiliki tunangan? Selama setahun ini ia sudah sadar tanpa mencari Meitya, tapi malah menemukan wanita lain.
“Enggak Kevin. Pacarmu itu aku, Meitya Ailee. Siapa wanita yang mengaku tunanganmu itu?”
“Maaf Mba sepertinya salah orang..”
“Jelaskan sama aku, sejak kapan kamu tunangan?”
“Sudah setahun Mba.”
“Setahun? Setelah keluar dari rumah sakit?”
“Kok tahu saya pernah di rumah sakit?”
“Karena aku yang menyebabkan itu Kevin. Kamu harusnya mencariku!”
“Maaf Mba, saya benar-benar tidak tahu anda.”
Air mata Meitya megalir begitu saja, ia terisak. Menyadari sosok pria yang ia cintai dan ia cari selama ini tidak mengenali dia sama sekali.
“Kamu mencintaku Kevin! Kamu selalu bersamaku selama ini. Kumohon ingatlah!”
“Saya tidak mencintai anda, bagaimana saya mencintai wanita yang tidak saya kenal sama sekali? Wanita yang bertunangan dengan sayalah yang saya cintai.”
“Bohong! Bohong! Kumohon! Kevin ingatlah, ini aku Kevin Meitya.. aku Meitya. Wanita yang kamu cintai.. Kumohon!”
Kevin yang sudah tidak tahan mendengar ocehan Meitya yang tidak masuk akal baginya, ia berdiri dan pergi meninggalkan Meitya. Meitya menarik tangannya seketika, membuat Kevin melihat mata Meitya.
“Kevin, aku mencintaimu. Kumohon ingatlah..” lirih Meitya, lalu melepas genggamannya.
Kevin tidak menanggapinya, lalu pergi berlalu dari hadapan Meitya. Meitya masih mennagis meratapi dirinya yang terlupakan oleh Kevin. Benar-benar membingungkan, kenapa Kevin bisa melupakannya, dan kenapa Kevin tidak kembali ketubuhnya saat ini? Meitya kecewa, menyadari Kevin tidak masuk ketubuhnya sendiri.
Meitya kembali kerumah dengan sedihnya, Ibundanya yang sedang tidak bekerja dan hanya duduk disofa melihat Meitya pulang dengan wajah yang kelewat berantakan.
“Ada apa sayang?” tanya Bunda Ailee, menangkap tubuh putrinya sebelum menaiki tangga.
“Aku ketemu Kevin.”
Bunda Ailee memelalak mendengar Meitya. Putrinya bertemu dengan Pria yang ia pisahkan dari putrinya.
“Tapi dia tidak mengenaliku.”
Tidak mengenali putriku? Kenapa begitu? Batin Bunda Ailee, ia masih mengelus punggung Meitya.
“Ada apa sayang? Kenapa begitu?”
“Dia sudah melupakan aku Bunda. Dia sudah bertunangan.”
Bertunangan? Melupakan? Kenapa? Apa anak itu benar-benar tidak mencintai putriku lagi? Apa yang terjadi? Batin Bunda Ailee kembali bertanya, dia bahkan tidak mengerti dengan konsdisi yang diceritakan putrinya ini. Benar ia berusaha memisahkan mereka, tapi dengan Kevin yang melupakannya benar-benar membuatnya heran.
“Jangan dipikirkan, pergilah kekamar. Istirahat..”
Meitya menuju ke kamar, membaringkan tubuhnya dikasur empuknya. Menutup matanya yang sembab. Sesaat berpikir, kenapa Kevin berubah. Kevin yang ia lihat hari ini, benar-benar Kevin yang sejak pertama tidak mengenal Meitya. Kevin yang dilihatnya hari ini, tidak sehangat Kevin yang ada dimimpinya. Dia mengucek kasar rambutnya hingga berantakan, sangat-sangat frustasi dan membingungkan.
“Kevin.. aku tahu kamu disini, jelaskan padaku kenapa Kevin yang kulihat hari ini bukan Kevin yang selalu ada disisiku? Kenapa? Hah!!!!!!!”
“Kumohon Kevin, aku sangat binggung, aku sangat merindukan kamu. Bahkan tadiaku tidak bisa tersenyum padamu, memegang tangan dan memelukmu saja tidak bisa! Kenapa! Kenapa! Kumohon kembalilah!!!!!!! aku lelah menunggumu Kevin, Kumohon sebelum kamu menikahi wanita yang sama sekali tidak kamu cintai itu..”
Meitya berteriak, dan meringis menahan sakit di dadanya. Tangisnya menjadi-jadi saja. Menyadari itu, Ibundanya datang kekamar dan mengetok pintu kamar Meitya. Meitya tidak perduli dan masih tersungkur didepan ranjangnya. Ia benar-benar rapuh kini. Pria yang dia cintai benar-benar melupakannya.
Ia kembali keranjang dan berusaha menenangkan dirinya, membuat dirinya terlelap, ia sudah lelah menangis dan menahan sakit di dadanya. Ia harus istirahat dan berharap bertemu dengan Kevin. Dia bermimpi.
“Kevin..”
“Meitya..”
Keduanya berpelukan melepaskan rindu.
“Maafkan aku membuatmu menangis hari ini.. maafkan aku yang mengabaikanmu hari ini.”
“Kenapa Kevin? Kenapa kamu tidak kembali?”
“Aku tidak bisa kembali lagi Meitya..”
Meitya melepas pelukannya, menatap lekat Kevin penuh keheranan.
“Apa maksud kamu?” hentak Meitya. “Sekarang kamu bilang kamu nggak bisa kembali kenapa????” tanyanya penuh amarah.
“Aku sudah mengikutimu siang tadi, dan melihat tubuhku. Terimakasih sudah menuntunku ketubuhku. Tapi-”
“Kenapa kamu tidak langsung kembali? Aku sudah memohon memintamu kembali tetap saja kamu meninggalkan aku sediri.”
“Maafkan Aku.. benar-benar maafkan aku. Dengankan aku dulu.. Aku berusaha memasuki tubuh itu, tapi aku tidak bisa Meitya. Maafkan aku,,”
“Apa? Jadi? Gimanaa? Bagaimana denganmu?”
“Aku benar-benar tidak bisa memasuki tubuhku lagi. Mungkin aku yang sekarang punya kehidupanku sendiri Meitya, aku tidak bisa menganggunya. Mungkin memang sudah begitu karena harusnya saat aku sadar aku tidak ada ditubuhku, bisa saja ini terjadi.”
“Ini salahku.. membuatmu bertahan disisku. Jika saja kamu tidak mengikutiku waktu itu mungkin kamu bisa tetap ada di dekat tubuhmu.”
“Bukan, ini salahku sendiri. Karena mengikutimu tanpa menyadari tubuhku harusnya sudah bangun.”
“Jadi kita harus gimana Kevin?”
“Aku seharusnya pergi dan tidak mengusikmu lagi.”
Meitya mengerutkan keningnya sangat tajam.
“Nggak! Jangan pergi Kevin..”
“Aku harus bagaimana? Aku hanyalah arwah, tidak seharusnya berkeliaran begini. Aku sudah tidak bisa kembali ketubuhku, jika aku disisimu terus kamu tidak akan bisa bahagia. Kamu harus melanjutkan hidup.”
Meitya menolak dan menggeleng keras. Ia berusaha bangun dan menghindari kepergian Kevin. Begitu bangun ia bergegas menuju kerumah paranormal, ia harus mencri cara mengembalikan Kevin. Sudah pukul sebelas malam, Meitya menggedor-gedor pintu yang sudah bertuliskan tutup.
“Ada apa Bu malam-malam kesini?” tanya wanita paruh baya berumur 60an dibalik pintu kaca.
“Tolong saya Bu..” pinta Meitya.
Pintu dibukakan, dan Ibu bernama Madam Hanna seorang peramal sekaligus paranormal itu mulai mendengar keluhan Meitya yang menjadi pasiennya ini. Meitya menjelaskan setiap keluhaannya terperinci. Ia tidak ingin ada kesalahan lagi. Madam Hanna merasakan kehadiran Kevin tanpa melihat sosok Kevin yang selalu berdiri disamping Meitya.
“Saya tidak bisa membangkitkan orang mati.”
“Dia belum mati, dia masih hidup dan jadi jaksa sekarang. Rohnya masih bersamaku. Kumohon kembalikan dia.”
Madam Hanna menggeleng lembut.
“Roh ini sudah kembali ketubuhnya. Yang ada bersama mu kini hanya arwah orang mati.”
Meitya mengerutkan keningnya tidak mengerti. Madam Hanna memegang telapak tangan Meitya, lalu meminta Meitya mengikuti ritualnya. Meitya dibawa kemasalalunya untuk melihat semua yang seharusnya ia lihat.

-oOo-
Tiga tahun lalu.. memori ini kembali ke tiga tahun yang lalu.
Dimana Meitya bersama Kevin disebuah pameran lukisan, mereka saling menatap dan saling menyukai. Mereka mulai menghabiskan waktu bersama, kedekatan mereka singkat sekali. Kemudian mereka mulai menjalin hubungan, Ibunda Ailee mendapat ramalam bahwa mereka berdua tidak bisa dipisahkan, namun akan terpisah karena sebuah kematian. Dengan Meitya yang menjadi kematian pertamanya, Ibunda Ailee tidak menginginkan itu. Melarang mereka sekuat tenaga, dengan usaha apapun. Hingga beberapa kecelakaan terjadi dan berulang kali mendatangi Meitya dan Kevin. Hingga Kevin koma dan arwahnya terlepas dari tubuhnya. Orang pertama yang ditemuinya ialah Meitya, berharap Meitya tidak melupakannya. Kemudian Ibunda Meitya membuat hidup Meitya menjadi hidup hypno, Kevin masih mendatangi mimpi Meitya.
Sebelum keberangkatan Meitya ke Paris, Kevin tersedot menuju ketubuhnya. Namun dia menahannya dan malah mengikuti Meitya. Hingga yang sebenarnya, tubuh Kevin sudah sadar dengan hilang ingatan. Dokter mengatakan ia hilang ingatan sejak setelah kecelakaan. Ia tidak banyak mengingat terutama Meitya. Kevin menjalani kehidupannya dan menjadi Kevin yang baru. Sedangkan arwah Kevin yang selalu disisi Meitya sudah tidak bisa kembali lagi.
Madam Hanna menghentikan ritualnya. Meitya terlihat tidak percaya dengan pengelihatan yang dilihatnya. Kevin yang ia cintai benar-benar mencintainya. Tapi yang ia lihat selama ini adalah Kevin yang sudah mati, Kevin yang dilihatnya tadi siang bukanlah Kevin yang ia cintai.
“Saya harus bagaimana Bu? Saya tidak bisa apa-apa tanpanya..”
“Jika rohnya saat ini masih ada bersamamu, hanya ada satu cara dia kembali. Kamu harus lepas dari tubuhmu dan menarik roh yang ada ditubuh pria itu, agar rohnya yang sudah mati itu bisa kembali.”
“Apa yang harus saya lakukan? Apa resikonya?”
“Resikonya, karena dia sudah punya kehidupan baru. Bisa saja dia kembali dan mengingat anda, tapi mungkin akan sulit baginya. Tergantung dia bisa mengatasinya apa tidak.”
“Itu.. biarlah akan kami selesaikan bersama. Sekarang saya bisa melakukannya?”
“Bisa, berbaringlah dikursi itu.”
Meitya menuju kursi baring yang ada ditengah ruangan dengan lampu bertiang untuk menerangi tempat duduk itu.
“Jika dia tidak bisa masuk kembali ketubuhnya. Anda jangan memaksakannya, akan berbahaya.”
Meitya mengangguk paham, ia kembali mengikuti ritual yang dilakukan Madam Hanna. Tak lama, ia sudah keluar dari tubuhnya. Ia dapat melihat Kevin yang berdiri disampingnya.
“Kevin..”
“Meityaa.. kamu serius akan hal ini?”
Meitya mengangguk mantap. Meitya menarik lengan Kevin, dan meminta Kevin menunjukkan arah tempat tinggalnya dan dimana tubuhnya kini berbaring. Kini mereka sudah sampai dirumah Kevin, dan segera menuju kamar Kevin. Kevin tengah berbaring diranjangnya dengan damai. Meitya mendekat ketubuh Kevin, dan memanggil roh Kevin. Roh Kevin bangun dan keluar dari tubuh Kevin. Kevin yang selalu bersama Meitya langsung menuju tubuhnya namun dihalangi roh Kevin.
“Aku adalah kamu. Biarkan aku menggantikanmu, wanita ini yang benar kucintai. Bukan tunanganmu itu.”
“Kenapa kamu baru kembali sekarang? Aku sudah menjadi diriku. Tidak bisakah kamu ke alam baka untuk damai disana? Kita akan kembali kalau aku sudah mati.”
“Aku mau hidup mencintai Meitya, jangan menghalangiku.”
Meitya mendorong roh Kevin yang selalu bersamanya itu ketubuhnya. Roh Kevin yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi itu kini pergi menghilang dari hadapan Meitya. Meitya tenang melihat Kevin sudah bisa kembali ketubuhnya, kini giliran Meitya yang kembali ketubuhnya.
Meitya kembali dengan selamat, dan berterimakasih pada Madam Hanna.
“Cinta kalian memang tidak bisa dipisahkan. Kalian sudah sama-sama melewati segalanya dengan baik, masih ada satu tantangan lagi. Semoga kalian bisa melewatinya dengan baik. Ingat.. menjaga cinta tidaklah mudah. Tapi dengan cinta bisa membuat orang yang memilikinya bertahan.” Madam Hanna menjelaskan pada Meitya sebelum Meitya meninggalkan ruangannya.
Ibundaya Ailee menanti kedatangan Meitya pulang. Begitu sadar Meitya sudah masuk kerumah, Bunda Ailee langsung mendatangi putrinya.
“Sayang kamu kemana sih tadi? Sudah jam 2 pagi begini baru pulang. Ngapain?” tanya Bunda Ailee kelewat cemas.
“Bunda, maaf Mei nggak ngerti sama Bunda yang ngehalangi cintanya Meitya. Meitya janji nggak akan ninggalin Bunda duluan. Ramalan bunda tiga tahun lalu sudah Meitya rubah, dan Meitya akan tetap bersama Kevin.”
Ibunda Ailee langsung menyadari kalau Meitya baru saja bertemu sahabatnya Madam Hanna. Dipeluk erat tubuh putrinya, ia berharap apa yang dikatakan putrinya benar adanya.
Meitya kembali kekamar dan membersihkan dirinya. Ia harus beristirahat dan bermimpi. Memastikan Kevin sudah kembali ketubuhnya atau belum. Benar, Kevin sudah kembali ketubuhnya. Meitya tidur nyenyak malam ini tanpa mimpi, dan bangun pagi hari dengan keadaan ringan dan segar. Ia tidak sabar ingin mendatangi Kevin yang ia rindukan itu.

-oOo-
Bell rumah Meitya tiba-tiba berdering, mengagetkan Meitya dan Bundanya yang sedang menikmati sarapan pagi. Bell itu berdering berkali-kali, Meitya menuju kepintu depan dan membukakan pintu. Betapa terkejutnya dia melihat sosok yang ia cintai itu ada didepan matanya. Kevin, datang menemuinya. Memeluk erat tubuh Meitya dan mengangkat tubuh Meitya. Dikecupnya kening dan bibir Meitya.
“Aku merindukan kamu Mei..”
“Aku juga Kevv…”
Ibunda Ailee yang melihat dari dalam ruang tamu, hanya tersenyum bahagia melihat Meitya menemukan kebahagiannya. Ibunda Ailee kembali kedapur menikmati sarapannya dengan lega.
“Kita harus menjelaskan ke orang tuaku Mei.. sebelum terlambat.”
Meitya mengangguk, dan memohon ijin pada Bundanya untuk pergi bersama Kevin. Ibunda Ailee mengijinkan, Mereka berdua kemudian segera menuju rumah Kevin. Kevin mempertemukan Meitya untuk kesekian kalinya pada Kedua orang tuanya.
“Kevin.. Ibu benar-benar mengira Mei tidak kembali lagi ke kota ini. Kenapa dia kembali setelah kamu tunangan dan akan menikah?” tanya Ibu Jena, Ibunya Kevin.
“Ibu.. dia tidak kembali karena Kevin yang selalu ada didekatnya. Kevin selama ini bersama Mei. Dan Kevin mencintai Mei, Ibu.. Ayah, tolong batalkan pertunangan Kevin dengan Sarah.”
Ayah Kevin terlihat berfikir keras dan menghela nafas berkali-kali.
“Karena ini pernikahan perusahaan, Ayah bisa batalkan. Tapi langsung lanjutkan pernikahanmu dengan Mei. Jangan menundanya lagi kali ini.”
Ayah Kevin menepuk telapak tangan Kevin. Ibu Jena merangkul Meitya. Mereka sudah dapat persetujuan. Dan tidak bisa dilukiskan kebahagiaan Kevin dan Meitya karena persetujuan hubungan mereka.
Kini mereka menikmati sore hari berdua di halaman belakang rumah Kevin. Meitya tidak henti-hentinya menatap kekasihnya itu, yang selama ini ia cintai dan dia rindukan. Kevinpun masih melihatnya lekat, tatapan mereka saling bertemu. Kevin begitu mencintai Meitya, mengikuti kemanapun Meitya pergi. Pernah menyerah akan cinta mereka, tapi akhirnya saling menguatkan.
“Aku sangat-sangat beruntung mencintai wanita sepertimu Meitya.. kamu sudah mencintaiku dengan sangat tulus selama ini. Kuharap selamanya cinta mu tetap untuku..” ungkap Kevin, merangkul Meitya.
“Aku juga beruntung mencintai pria sepertimu.. kamu sudah mengorbankan hidupmu untukku selama ini, kuharap kita saling mencintai Kevin selamanya. Kamu satu-satunya jalanku untuk hidup, aku berani bertaruh apa saja untuk mendapatkan kamu Kevin..”
“Terimakasih Meitya, aku akan melakukan hal yang sama. Aku mencintai kamu Meitya..”
“Aku juga Kevin, mencintaimu.”
Mereka menghabiskan waktu berdua sore itu, bertumpu pada satu titik ditubuh mereka. Dan berharap cinta mereka abadi selamanya. Sesekali Kevin mengecup lembut kening Meitya, Meitya mengecup kembali bibir kekasihnya yang ia cintai itu, membuat nuansa sore hari menjadi romantis.

-The End-
Hai hai Readers.. aku kembali lagi dengan cerita baru. Kalau suka dengan cerita aku, share ke teman-teman lain. Terimakasih udah baca cerita aku, have a nice day..  see you in my next story :))
NO COPY PASTE! :)))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Another Absurd Romance

INI UNTUKMU

Another Absurd Romance